PENULISAN TANDA BACA
Penggunaan
tanda baca pada sebuah kalimat perlu diperhatikan, baik dari fungsi
maupun penempatannya. Beberapa tanda baca yang sering digunakan adalah
tanda-tanda baca yang berkaitan dengan kalimat-kalimat yang sering
digunakan sehari-hari. Misalnya, tanda baca untuk kalimat berita (.),
tanda baca untuk kalimat pertanyaan (?), tada baca untuk kalimat ajakan
atau perintah (!). Selain tanda-tanda baca tersebut, masih banyak
terdapat tanda baca yang perlu kita perhatikan penggunannya. Maka dari
itu, pada bagian ini dijelaskan berbagai macam tanda baca dan
penggunaannya yang tepat.
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya
sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda titik dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang
terakhir dalam deretan angka atau huruf.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul
1, 35 menit, 20 detik)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu
cara berikut.
|
|
|||||||||||||
4.
|
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
|
||||||||||||
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
|
|||||||||||||
5.
|
Tanda titik dipakai dalam daftar
pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
|
||||||||||||
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan
Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai
Poestaka.
|
|||||||||||||
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada
lembaga yang bersangkutan.
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
|
||||||||||||
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000
orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
|
|||||||||||||
Catatan:
|
|
|||||||||
7.
|
Tanda titik dipakai pada penulisan
singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
|
B. Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda koma dipakai di antara unsur
unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus
memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
|
|
2.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
|
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang
memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya
suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal
di luar kota.
|
|
3.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya.
|
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca
buku.
|
|
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang
luas.
|
|
4.
|
Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi,
wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Meskipun begitu,
dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
|
|
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu,
dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
|
|
5.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu,
Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya:
O,
begitu?
Wah, bukan
main!
Hati hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan
pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
|
|
6.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga
pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
|
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena
lulus ujian."
|
|
7.
|
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
|
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
|
|
8.
|
Tanda koma dipakai di antara (a)
nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
|
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan
Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
|
|
9.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
|
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.
Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional.
Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia.
Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan
Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
|
10.
|
Tanda koma dipakai di antara
bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk
Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
|
|
11.
|
Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
|
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
|
|
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti
Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
|
|
12.
|
Tanda koma dipakai di muka angka
desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
|
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
|
|
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai
dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
|
|
13.
|
Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian
tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
|
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang
laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan,
mengikuti latihan paduan suara.
|
|
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya
tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
|
|
14.
|
Tanda koma dapat dipakai–untuk
menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan
bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
|
|
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara
ini dalam
|
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
|
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
|
Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk setara.
|
||||||||
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang
baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di
ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar
menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
|
|||||||||
2.
|
Tanda titik koma digunakan untuk
mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok
kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan
kata dan.
|
||||||||
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga
ini:
|
|||||||||
3.
|
Tanda titik koma digunakan untuk
memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian
itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
|
||||||||
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan
kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan
bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program
kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
|
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
|
Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup
atau mati.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau
pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan
Ekonomi Perusahaan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda titik dua dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3.
|
Tanda titik dua dapat dipakai
dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
4.
|
Tanda titik dua dipakai di antara
(a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c)
judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.
|
|||||||||
Misalnya:
Horison,
XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
|
E. Tanda Hubung (-)
1.
|
Tanda hubung menyambung suku-suku
kata yang terpisah oleh pergantian baris.
|
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra
baru ....
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
ding
yang takretak.
|
|
2.
|
Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang
mendahuluinya pada pergantian baris.
|
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur
panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur
kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an
yang canggih.
|
|
3.
|
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
|
|
4.
|
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
|
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
|
|
5.
|
Tanda hubung boleh dipakai untuk
memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b)
penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
|
Misalnya:
|
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab
sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan
besok.
|
|||||||||||||
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
|
|||||||||||||
7.
|
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
|
||||||||||||
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
|
F. Tanda Pisah (–)
1.
|
Tanda pisah dipakai untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat.
|
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau
berusaha keras.
|
|
2.
|
Tanda pisah dipakai untuk
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
|
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah
Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
3.
|
Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
|||||||
Catatan:
|
G. Tanda Tanya (?)
1.
|
Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
|
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
|
|
2.
|
Tanda tanya dipakai di dalam tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
|
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1.
|
Tanda elipsis dipakai dalam
kalimat yang terputus-putus.
|
||||
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya
akan segera kami lakukan.
|
|||||
2.
|
Tanda elipsis dipakai untuk
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
|
||||
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
|
|||||
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
1.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku
itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap
Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat
Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan
Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan
ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama "cutbrai".
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
|
||||||||
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku,
'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
|
|||||||||
2.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna kata atau ungkapan.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
3.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat
pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
|
||||||||
Misalnya:
|
L. Tanda Kurung (( ))
1.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
|
|
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu
bentuk singkatnya.
|
|
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk
(KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
|
|
2.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
|
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri.
|
|
3.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
|
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
|
|
4.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
|
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b)
biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
|
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
|
|||||||||||||
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka
atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
|
|||||||||||||
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
Dia senang dengan mata pelajaran
|
M.
Tanda Kurung Siku ([ ])
1.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
|
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh
pada hari Selasa.
|
|
2.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
|
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
|
N.
Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda garis miring dipakai di
dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
||||||
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
|
|||||||
2.
|
Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk
membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan
naskah.
|
O.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Dia 'kan
sudah kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam 'lah
tiba.
|
('lah = telah)
|
1 Januari '08
|
('08 = 1988)
|
Komentar
Posting Komentar